Uraian Pemikiran Habib Abdullah bin Abdulqadir bil Faqih Tentang Ahlusunnah Wal Jama’ah Dalam Seminar Ahlussunah Wal Jama’ah yang Diadakan oleh Akademi Pendidik Ilmu dan Agama Islam N.U. bersama Pesantren Luhur di Malang Tahun 1961

0
782
Sumber: https://santri.net/dua-imam-ahli-hadits-kota-malang-al-quthub-al-habr-habib-abdul-qadir-bilfaqih-dan-prof-dr-habib-abdullah-bilfaqih/
Sumber: https://santri.net/dua-imam-ahli-hadits-kota-malang-al-quthub-al-habr-habib-abdul-qadir-bilfaqih-dan-prof-dr-habib-abdullah-bilfaqih/

Dalam Mubahasah Ilmiah tentang Ahlussunnah wal Jama’ah yang diadakan oleh Akademik Pendidik Ilmu dan Agama Islam N.U. bersama Pesantren Luhur pada tanggal 9 s/d 12 April 1961 banyak tokoh ulama besar yang berkontribusi dalam muhasabah tersebut untuk menjawab persoalan-persoalan terkait dengan Ahlussunnah wal Jama’ah serta memberikan uraian pemikiran tentang Ahlussunnah wal Jama’ah. Salah satu ulama besar yang memberikan kontribusi pemikiran dalam mubahasah, yaitu Al Ustadz Habib Abdullah bin Abdulqadir bil Faqih. Beliau merupakan ulama besar di Malang, Jawa Timur yang lahir pada 12 Rabiul Awal 1355 H/1935 M. Dalam kesempatan tersebut, Habib Abdullah bil Faqih memberikan uraian yang menjelaskan seputar Ahlussunnah wal Jama’ah, perkiraan awal kemunculanya, serta dalil-dalil yang menguatkan sebagai dasar pemikiran. Uraian yang beliau sampaikan adalah sebagai berikut: 

 

URAIAN DARI HABIB ABDULLAH BIN ABDULQADIR BIL FAQIH

Terlebih dahulu saya panjatkan Syukur kehadirat Tuhan yang mana kita bersama-sama mengunjungi Mubahasah dalam rangka mengupas Ahlussunnah Wal Jama’ah. Dalam uraian dari padanya yang bersangkutan dengan persoalan termaktub diatas, sesungguhnya kunjungan para tokoh-okoh Ulama dalam menyelesaikan persoalan tersebut adalah tidak terlepas dari pada sabda junjungan Nabi Besar kita Muhammad S.A.W. sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh: 

  • Imam Thabrani dalam kitabnya “Al Mu’jamal Kabiir was Shagier”.
  • Al Imam Buchari dalam kitabnya “Al Adabul Mufrad”
  • Al Imam Abu Daud Atthajalisi dalam kitbnya “Fi Mu’djamahu”
  • Dari Hadist Abdul Rahman bin Isa dari Yazid dari Abi Safah berkata: 

“Telah dikabarkan kepada saya oleh Yusuf Ibn Mu’an, dia berkata: Telah dikabarkan kepada kami oleh Abdul Baqa’ Al-Akbar, dia berkata: Telah dikabarkan kepada kami oleh Yazid bin Sulaiman, dia berkata:  Telah dikabarkan kepada saya oleh Aisyah Ummul Mu’mina R.A. dia berkata: Saya mendengar Rasulullah S.A.W bersabda: Mereka yang berjalan di muka bumi ini dan mereka itu hidup; ialah Ulama-ulama ummatku yang mana mereka itu berjalan diatas sunnah wal jama’ah. Mereka yaitu adalah Ulama-ulama ummatku yang mana mereka itu membuka tutupan masalah-masalah agamaku dan syariatku.  1)

Mengingat pula sabda Nabi Muhammad S.A.W. yang diriwayatkan oleh:

  • Imam Buchari dalam kitabnya “Al-Adabul Mufrad”
  • Imam Tirmizy dalam kitabnya “An-Nawadir”
  • Imam Achmad dalam kitabnya “Assunnan”

Rasulullah S.A.W. bersabda: “Pengganti-pengganti sesudahku ialah mereka yang membuka tutupan masalah-masalah ummatku”. Pada Riwayat yang lain: “ialah mereka yang menerangkan semua hijab-hijabnya”. 2).

Demikian pula Hadist yang tertera dalam Musnad Ahmad Ibnu Hanbal dari Hadist Aisyah yang artinya sebagai berikut : “Mereka yang masuk surga tanpa dihisap ada tiga macam”. Lalu sahabat berkata: “Siapakah mereka itu hai Rasulullah?” lalu beliau bersabda: “ialah orang yang berilmu yang datang bertempat yang jauh untuk membahas masalah-masalah agamaku”. 

Saya berharap kepada Tuhan yang maha Esa kiranya para peserta telah memuthola’ah dan mempelajari apa yang telah saya bentangkan dalam uraian saya mengenai: “Siapakah Ahlussunnah Wal Jama’ah?”.  Kiranya tak perlu kita ulangi lagi, hanya disini perlu saja memenuhi harapan dari Mr. Moh. Koesnoe. Kiranya yang diharapkan kepada saya ialah pada tahun berapakah timbulnya aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah. Untuk menjawab perjanjian ini akan saya perbincangkan dahulu dari apa yang telah saya miliki dari berbagai pendapat dari tokoh-tokoh ahlussunnah wal jama’ah. Antara lain dari pada Imam Syahrustani dalam karangan dia yang bermutu “Tahlillul Aqo’id” Jilid I halaman 70. “Dhahara Mabdau ahlussunnah wal jamaah hawalae sannah tsalastah miah wasitiina hijriah” (360 H). Artinya bermula muncul aliran madzhab Ahlussunnah Wal Jama’ah antara tahun 360 H. Demikian pedapat Imam Asshathibi sebagai yang tertera dalam karangan beliau “Tanbhinul Muftari” Jilid IV. Demikian Nashnya: “Wakhtalafat aqaawilu an-nasi fi qiyami ahli Sunnah Wal Jama’ah fa asahashuha indi hina insarama Abu Manshur Al-Mataridhi ai Hina tuwuffin Abu Mansur Al-Mathuridi”. Artinya demikian alim Ulama telah berselisihan faham tentang timbulnya aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah. Maka pendapat yang dapat menjadi pegangan adalah tatkala wafat Abu Manshur Al Mathuridi. Kapan meninggalkan Abu Mashur Al Mathuridi? Beliau meninggal pada tahun 368 menurut perhitungan yang sah menurut pendapat lainya`yang kami peroleh dari Syekh Mukhtar dalam karangannya “Nuhudhu Ahlussunnah Wal Jama’ah” berdirinya Ahlul Sunnah Wal Jama’ah”. Demikian Nashnya: “Wa annuhudhu Ahlussunnah Wal Jama’ah ‘Aam Stalasah miah wa ‘isrina Hijriyah (320 H) Artinya berdirinya aliran madzhab Ahlisunnah Wal Jama’ah tahun 320 H. Kapan dilahurkan Abu Hasan Al-Asy’ari? Dalam hal ini ulama berselisihan faham yang lebih sah dilahirkan tahun 360 H. Pendapat yang lain dilahirkan pada tahun 260 H. Menurut pendapat Ustadz Djamaluddin Al Afghani dan pendapat mufti Mesir dan kedua pendapat ini yang lebih kuat menurut saya: yaitu lahirnya Abu Hasan Al-Asy’ari tahun 260 H. Dr. Bahi Atthuli dalam kitabnya: “Buhusu Ilmiah Halul Aqidah Al-Asy’ariyah” dalam kesimpulannya mengenai ikatan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Timbulnya Golongan ini (Ahlusunnah Wal Jama’ah) th. 150 H. 

Kesimpulan yang dapat diambil dari pada uraian dd. Al-Bahiatuli adalah yang dapat dikatakan Ahlussunnah Wal Jama’ah yang menganut aliran Abu Hasan Al-Asy’ari tentang lahirnya Ahlussunnah Wal Jama’ah pad tahun 150 H. sebagai tertera dalam kitab “Thabaqa ‘Atis-Syafiyah” Karangan Imam Subti. Begitulah sudah lahir Ahlussunnah Wal Jama’ah. Demikian Dr. Bahi “Atthuli Wa Hadza Alfahamu alladzi takmihu ilaehanal faqir”. Dan aku condong kepada pendapat Dr. Bahi Attuhi. Untuk memenuhi harapan bapak pimpinan, maka kini saya bicarakan serangkum dari pada bachrid (pengeluaran) hadist Nabi yang berbunyi : “Sataftariqummati ‘ala stalasti wasab’ina firqah, kullaha fi annari illa waahid, wa hia kana ana ‘alaehi wa ashhab”. Artinya umatku akan berpecah menjadi 73 pecahan sekaliannya dalam neraka. Hanya satu yang tegak, hanya satulah yang dapat diselamatkan oleh tuhan dari pada hukuman api neraka.

Untuk permulaan uraian ini perlu saya perbincangkan secara singkat siapakah perawi hadist :

“Sataftariqummati ‘ala stalasti wasab’ina firqah”. Qiila Rasulullah : “man hum? Faqala Ahlusssunnah Wal Jama’ah”. Hadist ini diriwayatkan oleh Abu Daud, Atarmidji, Ahmad bin Hanbal dari pada Riwayat Abul ‘ala Al Qali dari gurunya Abdul Rahman Al Kaekabi dari gurunya Yusuf bin Shafar, dari gurunya maihan dari gurunya Ikrimah dari gurunya Abdullah bin Abas r.a qala. Yang demikian bunyinya: “iftariqatil jahudu ‘Ala ihda wasab’ina firqah, Waftaraqati sanasara ‘ala istnataeni wa sab’ina firqah, wastaftariqu ummat I’ala atalasti wa sab’ina firqah.” Artinya: telah berpecah kaum yahudi atas 71 pecahan dan telah berpecah orang Nasara kepada 72 pecahan dan umatku akan berpecah belah atas 73 golongan kemudian orang bertanya kepada Rasul Allah: “Ahlisunnah Wal Jama’ah”. Sekelompok golongan yang diselamatkan dari hukuman api neraka adalah Ahlisunnah Wal Jama’ah. Hadist ini Oleh tabah Mubahaddisin Imam Ahmad bin Ali bin Hadjar Al-Asqolany sebagai yang tertera dalam karangan beliau Al-Qaulu Al-Musadad fi Ladjabbi’an Musnad Ahmad bahwa Isnad hadist tersebut adalah tinggi (syah). Akan saya bentangkan dengan sebuah karangan yang mana tentang khusus Ahlusunnah Wal Jama’ah. Jadi tentang Isnad Hadist tersebut telah saya himpun dalam sebuah karangan saya yang bernama: “A’lamul fiah Tachridjil Hadistil miah.”

Kalau umpama dibutuhkan penjelasan pada soal ini akan saya utarakan Hadist yang demikian nashnya. 4). Disini perlu saya komentarkan tentang  Sejarah Abul – Ala Al-Qali dari Murid Imam Buchori, Abdur Rahman Al-kaabi murid Imam Muslim. Yusuf Murid Imam muslim. Yusuf murid Imam Tarmidji dan muhat murid Imam Ahmad Ibn Hambal, Syekh Karimah Murid Abdullah bin Abas dengan Abdullah bin Abas murid Rasulullah SAW. Jadi kalau kita mengikuti Sejarah para perawi, cukuplah memberikan fakta pertimbangan bagi kita bahwa isnad ini dapat dianggap definisi langsung dari Rasul. “Siapakah segolongam yang dibebaskan oleh Tuhan dari Api Neraka?” jawab beliau mereka itulah : “Ahlusunnah Wal Jama’ah”. Riwayat lainya : “Ahlussunnah Wal Jama’ah” Menurut bentuk lainya : “Rahthu Sunnatie Wa Jama’atie” siapakah yang dapat membeli qilaran Ahlussunnag wal Jama’ah.

Itu semuanya dalam karangan saya : “I’laamul Fiah Tacridji Ahadisil Miah”. 

Kiranya apa yang saya uraikan ini cukup menjadi bahan mubahasah ini. 

Demikianlah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Uraian Pemikiran Habib Abdullah bin Abdulqadir bil Faqih Tentang Ahlusunnah Wal Jama’ah Dalam Seminar Ahlussunah Wal Jama’ah yang Diadakan oleh Akademi Pendidik Ilmu dan Agama Islam N.U. bersama Pesantren Luhur di Malang Tahun 1961 dalam Dokumen Pesantren Luhur (1961), Hasil Seminar Rencana Persoalan-Mubahasah “Ahlussunnah wal Jama’ah” yang Diselenggarakan oleh Akademi Pendidik Ilmu & Agama Islam N.U. bersama Pesantren Luhur. Malang (9-12 April 1961). Hal: 53-55.