Kyai Haji Nachrowi Thohir merupakan salah satu dari 16 tokoh penting dalam pendirian Nahdlatul Ulama’. Beliau merupakan ulama besar yang berasal dari Singosari, Malang yang merupakan putra dari Mbah Thohir Bungkuk. Perjuangan beliau dalam dunia Pendidikan Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah sangat besar, beliau terkenal mendirikan sekolah Hollandsch Inlandsch School Nahdlatul Oelama (HIS NO) yang juga melahirkan banyak ulama kharismatik seperti Kyai Haji Oesman Mansur dan Kyai Haji Tholhah Mansur. Kyai Haji Nachrowi Thohir tercatat juga merupakan salah satu ulama yang berkontribusi bersama ulama-ulama besar lainya dalam “Mubahasah Ahlussunnah Wal Jama’ah” yang diadakan oleh Akademi Pendidik Ilmu dan Agama Islam N.U. bersama Pesantren Luhur di Malang Tahun 1961. Beliau menyampaikan uraian pemikiran yang secara singkat dan padat menjawab tentang bagaimana Ahlussunnah Wal Jamaah dapat dipahami. Uraian yang beliau sampaikan dalam kesempatan tersebut adalah sebagai berikut:
URAIAN DARI K.H. NACHROWI THOHIR
AHLISSUNNAH WAL DJAMA’AH
Assalamualaikum Wr. Wb.
Kata-kata Ahlissunnah setelah dikaji dan diteliti maka kata-kata tadi adalah berpangkal dari hadis Nabi S.A.W.
“ALAIKUM – BISSUNNATI WASUNNATI KHULAFAURROSYIDIN”
Sedang kata-kata Waljama’ah adalah berpangkal dari hadist Nabi :
“WAALAIKUM BI ASWADIL A’DHOM”
Jikalau memang penelitian tadi dapat dibenarkan maka teranglah bahwa adanya Ahlissunnah Wal Jama’ah itu sejak masa Rasulullah S.A.W. sampai masa Sahabat dan Umar R.A. Ahlissunnah Wal Jama’ah selalu masih terpendam karena keadaan masih begitu rupa.
Tetapi setelah kekhalifahan berada ditangan Khalifah Usman R.A. maka mulailah timbul perebutan kekuasaan, dengan itu maka mulailah timbul aliran-aliran atau firqoh-firqoh yang beraneka warna corak dan ragamnya seperti misalnya : Aliran Khawarij, Mu’tazilah dan lain-lainya.
Aliran-aliran tadi ada yang semata-mata timbul untuk mempertahankan soal keagamaan tetapi ada pula yang timbul untuk mempertahankkan masalah dalam bidang politik berselimut dengan agama. Sehingga dengan demikian maka firqoh-firqoh tadi dengan sendirinya lalu mempunyai corak ragam dan titel sendiri-sendiri sesuai dengann langkah-langkah dan terjangnya atau akidahnya masing-masing.
Aliran-aliran atau firqoh-firqoh seperti Khawarij atau Mu’tazilah diberi titel ahli bid’ah, sedang aliran yang kontra dengan itu diberi titel Ahlissunnah Wal Jama’ah.
Sendi-sendi Ahlissunnah Wal Jama’ah ini adalah inti sari yang tercukil atau tergali dari dua hadist Nabi S.A.W di atas, yakni:
“ALAIKUM BISSUNNATI WASUNNATI KHULAFAURROSYIDIN”. Dan hadist Nabi S.A.W. “ALAIKUM BISSAWADIL A’DHOM” (Kitatumminal Hadist).
Memang semenjak pada masa mulai timbulnya aliran-aliran atau Firqoh-firqoh tersebut di atas, bahwa golongan yang terbesar (Aswadul A’dhom) adalah golongan yang menamakan dirinya : Ahlissunnah Wal Jama’ah.
Demikian pula setelah timbulnya “aimmatul arbaah” maka golongan Ahlissunnah Wal Jama’ah inilah golongan yang terbesar pula. Setelah diteliti dan dikaji dengan seksama maka dapatlah diambil kesimpulanya :
Bahwa Ahlissunnah Wal Jama’ah dalam masalah amaliyah adalah bersumber dari Almazhabul Arba’ah, sedang dalam masalah Usuludin bersumber dari akidah yang terhimpun oleh kedua imam yaitu Abu Hasan Asy’ari dan Abu Mansur Al Maturidi.
Sekian Wallahu A’lam Bissowab.
Sumber: “Uraian Pemikiran Kyai Haji Nachrowi Thohir Tentang Persoalan Ahlusunnah Wal Jama’ah Dalam Seminar Ahlussunah Wal Jama’ah yang Diadakan oleh Akademi Pendidik Ilmu dan Agama Islam N.U. bersama Pesantren Luhur di Malang Tahun 1961” dalam Dokumen Pesantren Luhur (1961), Hasil Seminar Rencana Persoalan-Mubahasah “Ahlussunnah wal Jama’ah” yang Diselenggarakan oleh Akademi Pendidik Ilmu & Agama Islam N.U. bersama Pesantren Luhur. Malang (9-12 April 1961). Hal: 52.