[Malang,20 Januari 2024] Membangun sebuah kreativitas dan mempunyai khazanah ilmu yang luas, tentunya kita tak cukup untuk mempelajari hanya pada satu acuan. Seperti hal nya mengembara untuk mencari kekayaan dalam ilmu pengetahuan, tentunya kita akan semakin merasa tidak mampu apa yang harus kita lakukan karena semakin banyak pertanyaan-pertanyaan yang membuat kita ingin belajar lebih dalam. Selaras dalam pemikiran filsafat yang membuat orang selalu bertanya-tanya, mengapa filsafat itu penting bagi kehidupan?
Tepatnya pada hari Sabtu, 20 Januari 2024. Sebuah majelis ilmu yang menghantarkan kepada kita untuk belajar bersama mengenai filsafat dalam islam yaitu pada Halaqah Kubro yang dilaksanakan di Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang bersama pemateri spesial yang sangat ahli di bidang filsafat yaitu Dr. H. Fahruddin Faiz, S.Ag,. M.Ag merupakan salah satu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam di UIN Sunan Kalijaga, juga beliau telah menulis banyak buku mengenai filsafat.
Dengan begitu hadirnya beliau merupakan moment yang sangat spesial bagi para santriwan-santriwati sekaligus para peserta dari luar pesantren yang turut hadir pada acara ini, karena kita bisa berkumpul ditempat yang penuh barakah sambil membangun pola pikir kritis dengan kita belajar filsafat islam, kemudian harapannya tumbuh rasa kecintaan didalamnya dan meningkatkan spiritualitas kita kepada sang pencipta.
Halaqah Kubro ini tidak akan terselenggara dengan baik tanpa usaha dan semangat yang begitu besar yakni dari Departemen Litbang (Penelitian dan Pengembangan) Pesantren Luhur beserta panitia lainnya yang turut mensukseskan Halaqah Kubro tahun ini.
Santri, Filsafat dan Cinta
Santri yang tentunya sudah sangat tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia, karena banyak yang mengistilahkan jika ‘Santri’ adalah orang yang sedang belajar ilmu agama di sebuah tempat yakni pondok pesantren juga dengan istilah lainnya yaitu orang yang sangat religius dan spiritualitasnya tinggi. Namun pada kesempatan ini beliau Dr. H. Fahruddin Faiz memberi pengertian yang lain tentang santri “Siapapun yang belajar dan menempuh ilmu juga hakikatnya adalah santri”. Dengan begitu santri yang senantiasa belajar mengenai ilmu agama juga harus diimbangi dengan pengamalannya, agar disebut ilmu yang bermanfaat maka terciptalah seorang ‘Santri Ideal’. Kemudian beliau mengatakan, bahwa ada 5 komponen yang dikatakan sebagai ‘Santri Ideal’ yang dikutip dalam kitab Adab Al-Alim Wamuta’alim Karya K.H Hasyim Asy’ari yang kemudian beliau gabungkan dengan filsafat,yaitu:
- Rational and Empathy
Rational disini berarti akalnya hidup begitupun hatinya hidup, yang mana setiap orang pasti bisa berfikir namun yang membedakannya dalam ilmu filsafat adalah cara berfikir seseorang itu ada 2 High order level thinking dan Low order level thinking dan dari situlah cara berpikir seseorang . Sedangkan Emphaty memang setiap Santri itu harus mempunyainya karena akan jauh lebih baik manfaatnya bisa diterima oleh masyarakat.
- Moral And Commitment
Moral yang setiap Santri miliki menjadi kesiapan dan kesediaan dengan di barengi rasa tanggung jawab untuk masyarakat begitupun untuk dirinya sendiri
- Professional and Productivity
Belajar untuk mengetahui banyak hal dan juga menjalankannya dengan pola hidup yang bisa kita terapkan.
- Knowledge and action
Seorang filsuf mengatakan jika seseorang hanya mempunyai knowledge dan tidak bisa action maka dia tidak disebut orang. Juga seseorang yang merasa sudah bertambah ilmunya maka akan sedikit melakukan actionnya (mengamalkannya).
- (Emprowing& Liberating)
Kehadiran kita harus membawa manfaat, karena kita merupakan perantara bagi masyarakat luar.
Santri, Spiritualitas dan cinta
Membangun sebuah generasi yang mempunyai berbagai inovasi di dalamnya sangat terlihat pada anak muda saat ini. Namun, sangat disayangkan jika hanya mempunyai IQ yang tinggi namun emosi dan spiritualitasnya tidak dapat diimbangkan. Untuk itu peran seorang santri sangatlah penting didalamnya, karena itu beliau menyampaikan untuk mengimbanginya dalam pola iQ+eQ+sQ, yaitu:
- IQ yang tinggi namun emosi dan spiritual nya rendah maka akan terlahirlah seorang yang Keras/buta hati.
- Yang kedua bila ada seorang yang IQ yang tinggi Emosi nya baik dan spriritualitas nya rendah maka lahirlah seorang yang egois dan tidak peka.
- Yang ketiga IQ nya rendah Emosi nya rendah namun spritualitasnya tinggi maka ia akan terlahir sebagai seorang yang Asketik.
- Yang ke 4 Seorang yang IQ nya tinggi Emosi nya baik Dan spritualitas nya tinggi maka ia seorang ‘Insan Kamil’.
Tak luput dari unsur-unsur spiritualitas, diantaranya:
- Meaning( Bermakna, dan jelas pada tujuan juga ingat pada haqiqatnya kehidupan. Agar kita bisa mengukur seberapa berprosesnya diri juga tak luput dari memiliki harapan yang tinggi seperti cita-cita)
- Value ( Seorang spiritualis ialah orang yang mempunyai nilai untuk berkomitmen jika tidak kemanfaatan tidak akan pernah ada)
- Transcendence (Hidup dengan kesadaran ilahiah maksudnya ada posisi lebih tinggi di kehidupan kita yang mengatur semua aktivitas dalam kehidupan)
- Connecting (Skala yang luas dimiliki oleh seseorang atau saling terhubung antar yang lainnya
- Becoming (Sadar atas kekurangan yang ia miliki maka ia sadar akan sesuatu yang perlu diperbaiki dan menjadi diri yang lebih baik).
Pada penghujung acara beliau menyimpulkan, bahwa inti dari pembahasan yang beliau sampaikan selama acara ini ada 6 poin sebagai rute ideal, yang beliau ambil dari kitab Ihya’ yang kemudian dirangkum (dari juz 3 dari 10 halaman):
- Tahu diri, keluasannya dan batasannya (Ilmu)
- Punya tujuan (Niat)
- Siap berproses (Ikhtiar)
- Kesungguhan (Istiqomah)
- Kepasrahan (Tawakal)
- Pelajaran (Hikmah).
Akhirnya tibalah di penghujung acara yang ditutup dengan bacaan do’a dan penyerahan kenang kenangan kepada beliau Dr. H. Fahruddin Faiz. Dengan demikian adanya kegiatan Halaqoh Kubro ini diharapkan mampu memberikan hikmah kepada seluruh audience untuk melanjutkan kehidupan kedepannya dengan suasana bahagia baik di dunia maupun di akhirat. (El-syabani)