Selalu Untuk Negeri
Penulis: Lai
Gemricik air shubuh di kala fajar bertemu
Hangat berbalut naungan merdu dari segala penjuru
Ku tetapkan wajah, berintikkan air wudlu
Tubuh lunglai,bertopang pada iman menyongsong perangai
Suara itu….
Dentuman pukulan bongkahan kayu pada lembaran kulit sapi
Terdengar bak dentuman bom disertai letupan senapan api
Aku mematung sejenak,lantas lekas beranjak
Dalam sepersekian sekon anganku mengudara
Entah ke mana, dibawa angin yang bersemilir menyibak wajahku
Sesaat setelah deklarasi perang suci oleh sang kyai
Tampak membersamai gerombolan manusia bersarung dan berpeci
Tak bergenggam meriam ataupun senapan api
Melainkan bermodal sebilah buluh dan doa yang dikobarkan penuh semangat
Allahu akbar…
Lawan tak berkutik,lemah, lumpuh bahkan sekarat
Tak lama angin itu membawa kesadaranku kembali
Ku sisingkan baju,bersiap,bergegas menuju medan perang
Bekalku kini tak lagi sebuah tameng ataupun senjata
Melainkan secarik kertas lusuh berteman tinta
Lawanku kini bukan lagi tentara Jepang ataupun Belanda
Melainkan rasa malas berteman kebodohan yang merajalela
Rasa syukur tiada henti terucap pada bibir mungil ini
Kepada tuhan sang penguasa alam
Doa dan harapan tak pernah letih ku panjatkan dalam sepertiga malam
Kepada seluruh pejuang dan pendahulu yang rela berkorban hingga titik darah penghabisan
Tak perlu risau pejuang, istirahatlah dengan tenang
Tonggak kepemimpinan tak akan pernah terhenti
Merah putih kan selalu berkibar pada lautan awan nan biru
Resolusi jihad senantiasa kamu pegang teguh
Ideologi bangsa tak sedikitpun kami biarkan runtuh
Sampai kapanpun
Salam perjuangan
Dari kami santri yang berkorban untuk ibu pertiwi
Bersama santri jayalah negeri