Santri merujuk pada murid-murid yang belajar di pesantren, lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia. Sejarah santri sangat terkait dengan perkembangan Islam di Nusantara serta berbagai dinamika sosial, politik, dan budaya di Indonesia. Berikut ini tinjauan mengenai sejarah santri dan pesantren serta kontribusi mereka di berbagai era.
Awal Penyebaran Islam dan Kemunculan Pesantren di Nusantara
Islam mulai menyebar di wilayah Nusantara pada abad ke-7 Masehi melalui pedagang dari Timur Tengah, India (khususnya Gujarat), dan Persia. Namun, masyarakat baru mengenal lembaga pendidikan Islam yang kita kenal sebagai pesantren pada abad ke-13 hingga ke-16, ketika pengaruh Islam meluas di pulau-pulau besar seperti Jawa, Sumatra, dan Sulawesi. Pulau Jawa memiliki pesantren pertama, termasuk Pesantren Ampel Denta di Surabaya dan Pesantren Giri di Gresik. Wali Songo mendirikan kedua pesantren ini dan memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Jawa.
Pesantren sebagai Pusat Pendidikan dan Perlawanan di Masa Kolonial
Pada masa kolonial Belanda, pesantren berperan tidak hanya sebagai pusat pendidikan agama, tetapi juga sebagai tempat perlawanan terhadap penjajahan. Santri dan ulama banyak yang terlibat aktif dalam perjuangan, baik di medan perang maupun melalui diplomasi. Sebagai contoh penting, Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro menunjukkan peran santri. Berbekal pendidikan pesantren, Pangeran Diponegoro berhasil menggalang dukungan luas dari para santri untuk melawan kolonialisme.
Para santri juga terlibat dalam organisasi pergerakan nasional. Tokoh-tokoh seperti KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan mendirikan organisasi besar seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, yang meningkatkan kesadaran nasional dan memajukan pendidikan Islam di Indonesia.
Resolusi Jihad dan Pertempuran Surabaya: Santri di Garda Depan Kemerdekaan
Para santri memainkan peran penting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, terutama pada peristiwa bersejarah seperti Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Resolusi ini menyerukan umat Islam, terutama para santri, untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Semangat Resolusi Jihad pun memicu Pertempuran Surabaya yang bersejarah, yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan. Melalui peran ini, santri menjadi kekuatan utama dalam mobilisasi massa melawan pasukan Belanda dan Sekutu.
Pesantren di Masa Modern: Tantangan dan Transformasi Pendidikan
Pasca kemerdekaan, pesantren dan komunitas santri menghadapi berbagai tantangan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan pendidikan nasional. Pada masa Orde Lama hingga Orde Baru, pemerintah cenderung memprioritaskan pendidikan sekuler, sehingga pesantren tetap mempertahankan fungsi tradisionalnya sebagai pusat pendidikan agama dan moral di masyarakat.
Memasuki akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, pesantren mulai menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Pemerintah Indonesia mengakui peran penting pesantren dalam pembangunan nasional, sehingga banyak pesantren kini mengajarkan tidak hanya ilmu agama, tetapi juga pendidikan umum dan keterampilan hidup seperti ekonomi, teknologi, dan sosial, untuk mendukung santri di era modern.
Daftar Pustaka:
Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Jakarta: Kencana, 2004.
Steenbrink, Karel A. Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES, 1986.
Wahid, Abdurrahman. Islamku, Islam Anda, Islam Kita: Agama Masyarakat Negara Demokrasi. Jakarta: The Wahid Institute, 2006.
Penulis: Saidah