KITAB KUNING VS KITAB DIGITAL: MASA DEPAN LITERASI SANTRI

0
24

Dalam dunia pesantren, kitab kuning sangat melekat dengan santri dan juga tradisi. Kitab-kitab tradisional ini digunakan untuk belajar agama, yang dikenal dengan metode pegon, sorogan, bandongan dan wetonan. Terkadang cukup sulit untuk memahami metode tersebut, sehingga membutuhkan kesabaran yang banyak untuk memahaminya. Namun, kemajuan teknologi, menghadirkan kitab digital, yang dapat diakses dengan cepat dan praktis melalui aplikasi atau e-book.

Keunggulan Kitab Kuning dan Tantangannya

Dalam tradisi pesantren, kitab kuning tidak hanya sebagai sumber ilmu, tetapi juga sebagai bagian dari ritual keagamaan yang mendalam. Kitab kuning memiliki nilai historis dan spritual yang menjadikannya lebih dari sekedar kitab, dimana proses pembelajarannya mengedepankan keberkahan. Metode seperti sorogan (pengajaran satu persatu) dan bandongan (pengajaran kelompok) menjadikan santri lebih memahami isi dari makna kitab secara lebih mendalam, sehingga dapat mengamalkan ilmu dengan lebih baik.

Di samping itu, santri yang berada di daerah terpencil sering mengalami kesulitan untuk mendapatkan beberapa kitab kuning karena aksesibilitas yang terbatas. Selain itu, pengasuh yang masih mempertahankan metode tradisional dan kurang terbuka terhadap teknologi baru juga menjadi kendala dalam pembelajaran. Meskipun kitab kuning memiliki banyak keunggulan, kita perlu mengatasi tantangan ini agar santri tetap bisa memanfaatkan warisan intelektual yang berharga

Keunggulan Kitab Digital Dan Tantangannya

Seperti yang kita lihat, kitab digital telah menawarkan berbagai keunggulan bagi santri dalam pembelajaran. Salah satunya adalah akses  praktis dan cepat, dimana santri dengan mudah mengakses berbagai kitab dalam satu aplikasi sehingga memungkinkan santri membawa banyak kitab dalam satu perangkat untuk belajar dimana saja.

Namun, ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah perangkat digital yang mengganggu fokus belajar santri karena banyaknya aplikasi yang tersedia. Selain itu, proses pembelajaran yang instan dapat mengurangi kedalaman pemahaman terhadap materi, karena banyak kitab digital yang belum melalui proses tahqiq (verifikasi) yang ketat, sehingga muncul efek kesalahan atau penafsiran yang membingungkan pembaca.

Kolaborasi Atau Pergeseran ?

Dalam menghadapi era digital ini, pesantren perlu mencari keseimbangan antara mempertahankan tradisi kitab kuning dan mengintegrasikan teknologi baru. Digitalisasi kitab kuning melalui aplikasi merupakan langkah maju untuk mengembangkan cara belajar dengan tetap menghormati nilai-nilai tradisional. Dalam prinsip NU “al-muhafazhatu ‘ala al-qadim as-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah” mengandung makna penting dalam konteks pendidikan dan tradisi Islam. Secara harfiah, prinsip ini berarti “mempertahankan yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik.” Prinsip ini mengajak santri untuk menjaga dan menghormati tradisi yang sudah ada, seperti kitab kuning dan metode pembelajaran di pesantren, yang memiliki nilai historis dan spiritual. Namun, di saat yang sama, santri  juga diajak untuk terbuka terhadap inovasi dan teknologi baru yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Dampak Terhadap Metode Belajar Dan Keberkahan Ilmu

Kemajuan teknologi memudahkan kita untuk mengakses berbagai informasi. Namun, perkembangan teknologi menimbulkan kekhawatiran karena pengambilan informasi secara instan dapat mengurangi keberkahan ilmu jika kita tidak mengimbanginya dengan metode pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu, santri harus tetap menghargai kedalaman pengajaran dari kitab kuning dan memanfaatkan kemudahan yang ditawarkan oleh kitab digital.

Oleh karena itu untuk menghadapi tantangan zaman modern, pesantren harus beradaptasi dengan perkembangan literasi digital tanpa kehilangan esensi tradisi keilmuan mereka. Kolaborasi antara kitab kuning dan kitab digital bukan hanya sebuah kebutuhan, tetapi juga peluang untuk memperkaya pengalaman belajar santri di masa depan. Dengan pendekatan yang tepat, kedua jenis kitab ini dapat saling melengkapi untuk menciptakan generasi santri yang lebih berpengetahuan dan berkeberkahan.

Referensi

Hermina, D., & Huda, N. 2022. Tradisi Pembelajaran Kitab Kuning Pada Pondok Pesantren di Era Digital ( Kajian Dinamika Perkembangan Akademik Pesantren di Indonesia ). Al-Ulum: Jurnal Pendidikan, Penelitian Dan Pemikiran Keislaman, 9 (1): 33–44. https://journal.uim.ac.id/index.php/alulum/article/view/1335

Nasruddin, & Nafisah, D. 2023. Optimalisasi Ngaji Kitab Kuning Melalui Media Digital Di Pesanten Mitara UIN Prof. Kh. Saifuddin Zuhri Purwokerto. JPM: Jurnal Pengabdian Mandiri, 2(1):205–216.

Saini, M. 2024. Pesantren dalam Era Digital : Antara Tradisi dan Transformasi. 16 : 342–356. https://doi.org/10.25124/cosecant.v2i2.18657.2

Penulis: Lestari

Editor: Dept. Multimedia