
K.H. Idham Chalid adalah tokoh bangsa sekaligus tokoh besar Nahdlatul ‘Ulama. Semasa hidup beliau merupakan ulama sekaligus politisi ulung dan dikenal sebagai Guru Politik Orang NU. Dalam karirnya sebagai politisi, beliau pernah beberapa kali menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri RI pada masa orde lama demokrasi terpimpin yaitu Wakil Perdana Menteri RI 1956-1957, Wakil Perdana Menteri 1957-1959, dan Wakil Perdana Menteri Kabinet Dwikora 1966. Saat orde baru beliau tercatat dua kali diangkat menjadi menteri, pernah menjadi ketua DPR/MPR RI dan anggota Dewan Pertimbangan MUI Pusat.

Sepak terjang KH Idham Chalid di organisasi Nahdlatul ‘Ulama juga sangat mencolok. Sejak 1950-an beliau sudah aktif dalam GP Ansor. Pada periode kepemimpinan Ketua Umum KH Masykur, KH Idham Chalid terpilih sebagai Sekjen PBNU. Beliau kemudian menjabat sebagai Ketua Umum Tanfidziah PBNU selama 28 tahun berturut-turut dari tahun 1956 hingga 1984, dari NU yang berbentuk Partai Nahdlatul ‘Ulama hingga NU yang sudah kembali ke Khittah. Ini menunjukkan besarnya kapasitas beliau selaku tokoh Nahdliyin kala itu.

Dalam artikel ini, penulis menyajikan temuan menarik yaitu Salinan Pidato KH Idham Chalid kala masih menjabat sebagai Ketua Partai Nahdlatul Ulama’ pada Peringatan Hari Ulang Tahun Partai Nahdlatul Ulama’ ke-34. Dalam pidatonya beliau menyampaikan banyak hal, mulai dari segi-segi yang menyangkut perjalanan dan perjuangan Partai NU yang beliau gambarkan dalam tiga fase, beliau juga menyampaikan pandangan Partai NU yang mendukung demokrasi terpimpin dan menolak diktatorisme dan anarkisme. KH Idham Chalid juga menyampaikan bahwasanya di dalam menghadapi perkembangan dalam masyarakat, NU selalu berusaha memberikan penilaian secara obyektief yang menegaskan posisi Partai NU yang berusaha untuk merangkul dan tidak condong pada subjektifitas politik dan golongan. Untuk memahami lebih dalam mengenai apa-apa yang beliau sampaikan, penulis menyertakan Salinan Asli Pidato beliau yang diambil dari Buku Kenang-Kenangan Mu’tamar ke-XXII Partai Nahdlatul ‘Ulama. Selamat membaca..