Lafadz Niat Puasa Romadhon, رَمَضَانَ atau رَمَضَانِ?

0
200

Bulan Ramadhan telah tiba, umat Islam bersuka cita menyambut datangnya bulan suci ini. Bulan penuh dengan berkah, seperti bazarnya pahala yang diberikan oleh Allah terhadap umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada bulan mulia ini. Bulan penuh berkah tidak hanya diisi dengan kemurahan hati sang pencipta, melainkan juga pada bulan ini syariat puasa dijalankan. Allah berfirman pada surat Al Baqarah ayat 185

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”.

            Dalam ibadah puasa setidaknya ada 4 rukun yang harus terpenuhi untuk menjadikannya sah. Seperti dikutip dalam kitab Fathul Qorib, rukun puasa adalah niat, menjaga dari makan dan minum, menjaga dari jima’, dan menjaga dari muntah yang disengaja.

            Niat dalam puasa merupakan rukun yang pertama, oleh karena itu, puasa tanpa niat tidak diterima puasanya seperti hadist nabi,

عَنْ حَفْصَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ رَضِيَ اللَهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ رَوَاهُ الْخَمْسَةُ

“Barang siapa yang tidak berniat puasa di malam hari sebelum terbitnya fajar, maka tidak ada puasa baginya.”(HR. Abu Daud, at Tirmidzi, an Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad).

Namun dalam praktek masyarakat, terjadi perbedaan mengenai lafadz puasa Ramadhan, apakah dibaca رَمَضَانَ  atau رَمَضَانِ? mana yang benar?

Mengutip dari kitab Ianatut Thalibi, Syaikh Bakri Dimyathi menuliskan

أي يقرأ رمضان بالجر بالكسرة، لكونه مضافا إلى ما بعده، وهو اسم الإشارة

Maksudnya, membaca kalimat رمضان pada niat puasa dibaca jer dengan tanda kasroh, karena menjadi mudhaf pada kalimat setelahnya yaitu isim isyarah هذه  pada kalimat هذه السنة .

Redaksi lain, dalam kitab Fathul Mu’in, Syaikh Zainuddin al Malibari al hindi menjelaskan

(وأكملها) أي النية: (نويت صوم غد عن أداء فرض الشهر رمضان) بالجر لاضافته لما بعده (هذه السنة لله تعالى)

Adapun niat paling lengkap (Nawaitu shouma ghadin ‘an adai fardhi syahri ramadhani ) dibaca dengan jer (tanda jernya dengan kasrah) dikarenakan mudhaf terhadap kalimat setelahnya  (hadzihi as sanati lilahi ta’ala).

Jadi, niat puasa Ramadhan dibaca dengan رَمَضَانِ  dengan jer tanda kasroh dikarenakan menjadi mudhaf terhadap kalimat setelahnya. Bagaimana dengan pembacaan رَمَضَانَ ?

Membaca niat puasa Ramadhan dengan   رَمَضَانَ  juga boleh. Sebagaimana dikutip dari kitab Hasyiyah al Jamal ‘ala Syarhi Minhaj, Syaikh Zakariya al Anshari menulis,

إن جررت رمضان بالكسر جررت السنة و إن جررته بالفتح نصبت السنة و حينئذ فنصبها على القطع

Maksudnya, ketika رَمَضَانِ  dengan kasrah maka kalimat السَّنَةِ. Namun, ketika lafadz رَمَضَانَ  di jarkan dengan fathah, maka kalimat السَّنَةَ  dibaca nashab dengan fathah (dikarenakan kedudukannya menjadi dharaf zaman, karena susunan idhafah) terputus terhadap lafadz السَّنَةَ .

Jadi, pembacaan رَمَضَانَ  maupun رَمَضَانِ kedua-duanya adalah benar. Namun perbedaan pembacaan itu berpengaruh dengan السَّنَةَ atau السَّنَةِ. Tidak boleh dibolak balik seperti yang menjadi salah kaprah pembacaan niat رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ. Oleh karena itu, silakan pembaca boleh memilih bisa menggunakan

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ الشَّهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ لِلَّهِ تَعَالَى

atau

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ الشَّهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةَ لِلَّهِ تَعَالَى

والله أعلم بالصواب

penulis: Ustadz M. Alfin Khoirun Na’im (Malang) edisi Kurma