Tidak hanya terkenal dengan kemampuan intelektualnya yang tinggi, beliau juga sosok yang dikenal dengan kezuhudan dan kesederhanaannya yang luar biasa. Siapa lagi kalau bukan beliau guru besar kita Prof. Dr. Kyai H. Achmad Mudlor, S.H, pendiri Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang.
Kezuhudan beliau jelas tercermin dari cerita beliau yang pernah kehilangan uang sebesar seratus juta rupiah di rumahnya. Cerita bermula ketika Abah Mudlor sedang berada di ruang tamu yang sekaligus menjadi ruang baca. Pada saat itu beliau sedang menghitung uang yang hendak dipakai untuk membayar tanah di belakang pesantren. Uang tersebut bernilai seratus lima puluh juta rupiah yang rencananya dimasukkan ke dalam 2 amplop secara terpisah, masing masing seratus juta dan lima puluh juta. Ketika sedang sibuk menghitung uang tersebut, Abah Mudlor kedatangan tamu. Beliau pun menghentikan aktivitasnya menghitung uang dan menaruh uang tersebut digundukan buku belakang almari. Sebagai bentuk tahrim ad dluyuf, beliau pun mempersilahkan dan mengajak berbicang tamunya tanpa memperdulikan posisi uangnya. Dalam ceritanya beliau berkata “Ketika saya menghitung uang kebetulan ada tamu. Lha uangnya saya buang begitu saja.”
Tamu pun sudah pulang, beliau berkeinginan untuk melanjutkan aktivitas hitung menghitung yang belum rampung. Abah Mudlor menuju gundukan buku di belakang almari untuk mencari uang tersebut Beliau berusaha meningkatkan konsentrasinya dengan mengingat-ingat dimana kiranya uang tersebut diletakkan. Namun, takdir berkata lain Abah Mudlor tidak dapat menemukan uang tersebut. Dalam cerita, Abah Mudlor mengungkapkan bahwa beliau tidak susah ketika kehilangan uang. Tetapi beliau berpikir untuk mengembalikan uang tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Akhirnya beliau memutuskan menjual tanahnya di depan masjid Sabilillah Lamongan kepada FAI UNISLA.
Dari cerita tersebut terlihat bahwa Abah Mudlor merupakan sosok yang zuhud dimana tidak terlalu mementingkan urusan duniawi. Meskipun kehilangan uang dengan nominal yang cukup besar beliau tidak berlarut larut dalam kesusahan. Justru beliau tetap bekerja keras untuk mengumpulkan uangnya kembali. Seperti kata mutiara yang pernah beliau ungkapkan yang berbunyi :
لاتملك شيأ ولايملكك شيئ
Yang artinya : “Jangan memiliki sesuatu dan jangan dimiliki sesuatu”
Ungkapan tersebut bermakna bahwa kita seharusnya tidak merasa memiliki sesuatu dan tidak merasa dimiliki oleh sesuatu karena semua yang ada di dunia ini hanya milik Allah SWT dan semuanya akan kembali kepadaNya.
Dalam cerita tersebut Abah Mudlor tidak merasa susah dan bersedih atas musibah hilangnya uang yang dimiliki, karena beliau merasa tidak memiliki dan tidak terikat sepenuhnya dengan uang tersebut. Beliau yakin bahwa semua yang ada di dunia hanya titipan dan hanya milik Allah SWT.
Adanya kisah tersebut dapat kita ambil ibrah khususnya bagi santri Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang dan umumnya kepada umat muslim, bahwa segala sesuatu yang di dunia ini hanyalah tipu daya semata dan bukan milik kita sepenuhnya. Kita tidak boleh terlalu bergantung kepada kenikmatan dunia, sebab dunia hanyalah tempat dan sarana mengantarkan kehidupan sesunggunya (akhirat). Selain itu harapannya sebagai santri Lemba Tinggi Pesantren Luhur Malang, kita semua dapat meneladani sifat kezuhudan dan kesederhanaan beliau (Abah Mudlor). Aamiin… (Nly)
Barokallah