“HALAQAH KUBRO” Tradisi Pesantren Luhur dalam Meningkatkan Kualitas Intelektual Santri

0
1155

[Malang, 27 November 2020] Semarak intelektual santri Luhur tak perlu diragukan lagi. Kami memiliki segudang seni untuk mejadikan kualitas intelektual santri luhur menjadi terbit bak mentari pagi. Salah satunya adalah halaqah yang biasa dilaksanakan pada hari Senin hingga Sabtu setelah istighosah Shubuh. Namun hari ini ada yang istimewa, yaitu Halaqah Kubro yang mengundang alumni (lulusan Pesantren Luhur) yang sekaligus berprofesi menjadi dosen di Universitas Brawijaya Kota Malang.

Beliau adalah Bapak Setyo Yuli Handono, SP.,MP.,MBA dengan topik “Kearifan Lokal (Local Wisdom)”. Dengan dimoderatori oleh mas Aji Bagaskoro dari Majlis Santri Departemen Litbang (pihak yang mengatur jalannya halaqah), halaqah terlaksana secara hikmat. Rupanya bapak Handono (sapaan akrab beliau), sukses menyedot perhatian santriwan santriwati pesantren dengan penyampaiannya yang menarik. Tidak hanya membicarakan masalah kearifan lokal namun juga menceritakan kisah kisah tentang abah Mudlor.

Bermula dengan beliau menerangkan tentang wujud-wujud dari kearifan lokal. Salah satunya adalah abstrak yang berupa gagasan dan nilai yang belum dilaksanakan, beliau mulai menceritakan tentang gagasan atau pemikiran abah yang berbunyi “Jadilah ayat-ayat Allah yang berjalan”. Maka mengikuti arahan dari abah juga bahwa santri jangan  hanya bisa membaca kitab kuning dan membaca Al-Qur’an, namun juga harus mengamalkannya secara empiris, beliau menerapkan perilaku-perilaku islami dalam kesehariannya.

Banyak hal yang disampaikan oleh beliau, sekilas beliau mengungkapkan bahwa di lingkungannya, beliau suka bersikap amar ma’ruf nahi munkar, mengingatkan orang lain ketika apa yang diperbuatnya salah dengan  cara yang baik sejak masih berstatus menjadi mahasiswa. Hal yang menarik dari kisah beliau adalah tentang bagaimana beliau menyatukan kearifan lokal antara 2 organisasi agama yang memiliki tradisi berbeda dalam koridor ukhuwah islamiyah di lingkungan tempat tinggal beliau. Penyampaian beliau yang masih membumikan tradisi pesantren yaitu istighosah, menunjukkan bahwa pesantren dan abah masih segar dalam ingatan beliau.

Pegangan santri yaitu ucapan “Laailaahaillallah” adalah sebagai way of life harus dipegang hingga akhir hayat. Percayalah bahwa segala ciptaan Allah Swt, tidak ada yang sia-sia. Semoga langkah pesantren Luhur dalam melestarikan halaqah ini dapat bermanfaat bagi kita semua aamiin. (far)