Jika Bang Roma punya Soneta, maka abah Muhdlor punya Bunga Tanjung. Orkes sederhana yang sudah dirintis sejak di Babat, Lamongan ini selalu membayangi Abah bahkan hingga nyantri di pesantren Kendal dan saat ini menjadi kegiatan ekstrakuriler di Lembaga Pesantren Luhur Malang. Pada tahun 1950, bersama dengan empat orang kawannya, beliau menginisiasi berdirinya sebuah orkes sederhana. Hal ini mereka lakukan di kediaman kakek nenek abah yang dekat dengan perempatan masjid Jami’ kauman Babat. Tepatnya berada disebelah timur rumah beliau. Memang pada dasarnya abah tidak hanya berkecimpung dalam dunia intelektual namun juga memiliki ketertarikan dengan dunia seni.
Pembawaan lagu oleh Bunga Tanjung disertai strategi tersendiri. Yakni dengan mendengarkan lagu di radio dengan sejeli-jelinya. Seluruh personel mendekat ke radio untuk mendengar lagu yang diputar. Kemudian menulis syair yang sama persis dan berdiskusi tentang keakuratan lagu yang didengar. Dilanjutkan dengan aktivitas pembuatan aransemen yang bergantung pada kejelian pendengaran mereka. Sebelum membawakan gambus dan sholawat, orkes ini membawakan lagu-lagu melayu yang sedang trend di radio. Bahkan Zakaria, vokalis Bunga Tanjung saat itu pernah membawakan lagu Bunga Saroja yang didendangkan Mahar dalam film laskar Pelangi.
Umur seseorang tidak selalu menentukan sejauh mana kapabilitas seseorang. Meski tergolong sebagai personil yang paling muda, beliau sudah di amanahi tugas sebagai pemegang kendali pada tiap pementasan. Yakni sebagai Master of ceremony (MC). Selain itu, beliau juga memegang alat musik kokordian. Setiap waktu senggang, kelima personil ini berkumpul untuk melatih kecakapan mereka dalam memainkan alat musik. Menyanyikan syair-syair dan mengaransemen musik yang sudah terdengar membosankan. Berkat kekompakan mereka, mereka sering diundang dalam berbagai hajatan di Lamongan. Hidup itu juga perlu seni. Al Fatihah. (Far)