[Malang, 19 Agustus 2022] Hari jumat penuh berkah, manfaat semakin bertambah dengan acara bedah buku Sunan Prapen “Pelantik Raja-Raja Islam Nusantara” Di pesantren Luhur Malang. Sunan Prapen sendiri merupakan salah satu tokoh yang istimewa karena beliau memiliki banyak peran dalam pengukuhan Raja-Raja Islam di Nusantara.
Acara ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 19 Agustus 2022 pada pukul 19.30 WIB s.d selesai. Acara diawali dengan pembacaan tahlil yang dipimpin secara langsung oleh Gus Danial Farafish selaku pengasuh Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia raya, sambutan, dan tibalah acara inti yakni talkshow dan bedah buku Sunan prapen.
Sesi acara bedah buku dimoderatori oleh Ziyadatul Khoiroyah dengan 3 sesi penyampaian. Sesi pertama adalah penyampaian garis isi besar buku Sunan Prapen oleh Ibu Lia Sholicha, S.S. selaku Penulis Buku Biografi Rektor UNISLA, tim penulis Fragmen Sejarah NU, dan Founder yang membahas mengenai siapa itu Sunan Prapen, peninggalan-peninggalan sejarahnya, hingga peran beliau dalam pengukuhan raja-raja Islam Nusantara. Beliau mengungkapkan bahwa ide untuk menulis buku tentang Sunan Prapen adalah tawashul abah Mudhor setelah halaqah di Pesantren Luhur Malang yang selalu menyebut nama beliau Sunan Prapen. Nama tersebut kemudian terngiang-ngiang hingga beberapa tahun kemudian. Sehingga beliau mulai berniat untuk melakukan riset kepenulisan buku Sunan Prapen ini. Niat untuk melakukan riset inilah yang juga menjadi cikal bakal berdirinya rumah literasi Al-Amin.
Sesi kedua adalah penyampaian review dari pembedah yakni Bapak Fathul H. Panatapraja, M.Fil. selaku Ketua LESBUMI kota Malang. Beliau mengungkapkan ketertarikannya terhadap buku ini karena beberapa alasan. Salah satunya adalah yang tergambar dalam sub judul “Pelantik Raja-Raja Islam di Nusantara” yang menjelaskan dalam satu bab khusus mengenai siapa saja yang melibatkan peran Sunan Prapen dalam pelantikan Raja Islam Nusantara.
Sesi terakhir adalah penyampaian review dari pembanding yakni Bapak Syaifuddin selaku Kurator Museum Panji. Beliau banyak menjelaskan mengenai teknik-teknik kepenulisan hingga perbedaan kepenulisan naskah sejarah Jawa dan Belanda. Beliau juga sempat menjelaskan bagaimana Kesalahan-kesalahan dari penulisan tahun maupun penafsiran naskah historiografi Jawa.
Malam semakin larut, namun ilmu yang diperoleh seakan tak pernah surut. Kegiatan ini merupakan perwujudan dari usaha santri yang tidak hanya belajar kitab kuning namun juga harus belajar mengenai banyak bidang keilmuwan. Hal ini merupakan bentuk meneladani sosok abah Mudhor yang menguasai banyak bidang ilmu pengetahuan. Baik filsafat, hukum, fiqih, ekonomi, hingga kesehatan. Semoga kegiatan hari ini akan menambah keberkahan dan manfaat bagi semua pihak yang terlibat. Aamiin (far)