Dosa adalah sebuah kehinaan, sesuatu yang kita berusaha menjauhinya demi mendapat ridho Allah ta’ala. Tidak sedikit para pelaku dosa juga mendapatkan pandangan hina dari orang-orang disekitarnya bahkan ada yang sampai melakukan kekerasan fisik. Dosa adalah hina namun apakah dibenarkan memberikan pandangan hina terhadap pelaku dosa?. Coba bayangkan bagaimana jika mengetahui orang yang berdosa misal berzina apakah yang akan kita lakukan?. Apalagi jika ada orang yang menyatakan misal ingin berzina, bagaimana cara kita mencegahnya? Apakah akan segera kita marahi? Apakah akan kita bacakan ayat-ayat suci dan sabda Nabi?.
Dalam hal ini Rasulullah Saw. Memberikan teladan indah bagaimana Nahi munkar dengan jalan yang Ma’ruf. Diriwayatkan oleh Abu Umamah ra. Bahwa seorang pemuda datang kepada nabi Saw. Dan ia berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina.” Maka para sahabat nabi menjerit.
Rasulullah Saw. Bersabda kepada mereka, “Menyingkirlah darinya (pemuda itu).” Lalu beliau bersabda kepada pemuda itu, “Mendekatlah kepadaku.” Maka pemuda itu mendekati hingga duduk di hadapan beliau saw. Kemudian Rasulullah bersabda kepadanya, “Apakah kau mau jika ibumu dizinai?”
Pemuda itu menjawab, “Tidak, semoga Allah menjadikanku tebusan bagimu.” Lalu beliau bersabda, “Begitu pula orang lain, tidak menginginkan ibu mereka dizinai.”
Kemudian Rasulullah bersabda kepadanya, “Apakah kau mau jika anak wanitamu dizinai?” Pemuda itu menjawab, “Tidak, semoga Allah menjadikanku tebusan bagimu.” Lalu beliau bersabda, “Begitu pula orang lain, tidak menginginkan anak wanita mereka dizinai.”
Kemudian Rasulullah bersabda kepadanya, “Apakah kau mau jika saudara wanitamu dizinai?” Hingga beliau Saw. Menyebut bibi dari pihak ayah dan ibunya, dan beliau menjawab dengan sabdanya, “Begitu pula orang lain, tidak menginginkannya.”
Kemudian beliau Saw. Meletakkan tangannya di atas dada pemuda itu sambil berdoa, “Wahai Allah, sucikanlah hatinya, ampunilah dosanya, dan bentengilah kemaluannya.” Maka sejak saat itu tidak ada sesuatu yang paling dibenci oleh pemuda itu melebihi zina.
Sungguh indah apa yang dilakukan junjungan kita Rasulullah Saw. Dari riwayat diatas ada beberapa hal yang bisa kita ambil, pertama Rasulullah memberi nasihat secara pribadi, tidak di depan halayak umum, ketika para sahabat histeris dengan apa yang dikatakan pemuda tadi, nabi segera menyuruh mereka pergi, kemudian baru bersabda ketika berdua dengan pemuda itu, hal ini justru berbanding dengan apa yang terjadi di zaman ini. Ketika semua aib justru dipertontonkan dan nasihat diperjualbelikan dalam keramaian. Padahal Imam Syafi’i pernah berkata “Barangsiapa menasehati saudaranya dengan sembunyi-sembunyi, berarti ia telah menasehati dan mengindahkannya. Barangsiapa menasehati dengan terang-terangan, berarti ia telah mempermalukan dan memburukkannya”.
Kedua, nabi Saw. tidak serta merta marah, namun beliau menghadapi pemuda itu dengan penuh kasih, memberikan contoh mudah yang menjadi sebuah umpan untuk berfikir, sehingga ia tidak sekedar merasa digurui tapi ia juga akhirnya berfikir, dan menentukan pilihannya sendiri
Allah SWT berfirman:
“ Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka” (QS. Ali Imran: 159)
Maka nabi Saw. Melemah lembutkan ucapannya kepada pemuda tadi, sehingga ia tidak lari, coba seandainya ia langsung dihujat bukan tidak mungkin ia justru lari dari ajaran Islam.
Senada dengan cerita diatas, penggalan nasihat junjungan kita Al-Imam Habib Idrus bin Umar Al Habsyi Ra. Beliau berkata, “tidak dibenarkan bagi seorang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia bersikap kasar dalam memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dan dalam seruannya tidak dibolehkan menuju kepada satu orang saja tanpa yang lain. Tetapi hendaknya ajakan dan pencegahannya itu ditujukan untuk semuanya secara merata bahkan memasukkan dirinya dalam seruan itu”.
Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang mampu memberi nasihat baik, dengan jalan yang baik. Aamiin
Wallahu a’lam
Disadur dari buku Thariqah Alawiyah Jalan Lurus Menuju Allah terjemah Manhajussawi, Syarah Ushul Thariqah as- Sadah Al Ba’alawi karya Al Allamah Al Muhaqiq Ad-Da’i ilallah Al-Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith
Penulis: Ust. Abdul Khaliq (Rektor Madratsah diniyah At-Tahdzibiyah Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang periode 2017)