[Malang, 20 Januari 2025] Lolos beasiswa dan bisa kuliah di kampus luar negeri adalah impian banyak orang, tak terkecuali para santri di pesantren. Sudah saatnya kita meninggalkan anggapan bahwa santri hanya sibuk di dunia pesantrian. Santri hanya bisa baca kitab saja. Namun cakrawala ilmu dan pengalaman santri juga tak kalah hebat nya.
Kabar baik, jejak prestasi alumni pesantren luhur kini mengema kembali. Iyaap betul, Lia Wilda Izzati S.Si gadis kelahiran brebes ini merupakan salah satu alumni pesantren luhur yang berhasil menerima beasiswa Global korean Scholarhip in south korea 2023. Perjalanan yang panjang untuk mendapatkan beasiswa tak selalu semulus jalan tol. Ada banyak hal yang harus dikorbankan agar bisa mewujudkan mimpi untuk kuliah ke luar negeri. Mulai dari kegagalan, tangis, tawa hingga mencapai keberhasilan. Sebelum mendaftar beasiswa Global korea Scholarhip, mbak lia panggilan akrabnya. Tak hanya mencoba apply program beasiswa pada satu intansi/ lembaga saja, mulai dari beasiswa dalam negeri hingga beasiswa eropa pernah ia coba.

Global Korean Scholarship menjadi pilihan mbak lia untuk mencari jalan dan celah untuk dapat kuliah di kampus luar negeri. Setelah beberapa beasiswa yang sebelumnya mbak lia apply mengalami penolakan. mbak lia memengang prinsip, semboyan abah muhdlor “ Hum Rijalun, Nahnu Rijalun” (mereka laki – laki, kita juga laki – laki). “Rijal” dalam hal ini bukanlah terkait dengan gender melainkan pencapaian yang dapat diraih. “Abah mudhlor saja pernah belajar di harvard, kita sebagai santri beliau pastinya juga bisa belajar di luar negeri” tutur mbak lia dalam kegiatan sharing section jejak prestasi alumni di pesantren luhur pada 20 Januari 2025.
Managemen waktu
Menjadi Mahasantri (mahasiswa dan santri) merupakah hal yang tidak mudah. Kita dituntut pintar mengatur waktu untuk kegiatan kuliah dan kegiatan pesantren. “Tempatkan waktu, sesuai waktunya. Waktunya ngaji yaa, ngaji. Jangan disambi mengerjakan tugas. Waktunya tidur ya, tidur. Usahakan untuk selalu dispilin waktu” Pesan mbak lia. Meskipun menghadapi kesulitan seperti manajemen waktu dan kelelahan akibat banyaknya aktivitas. Keterlibatannya dalam berbagai kegiatan di pesantren, termasuk kepanitiaan dan amanah sebagai majelis santri, memberikan ladang pahala yang luar biasa. Oleh karena itu, setiap proses di pesantren harus dimanfaatkan dan dimaksimalkan.
Mbak Lia menceritakan mengenai pengalamannya ketika menuntut ilmu di negeri gingseng dan beberapa aspek penting yang perlu dipersiapkan, yaitu kesiapan mental, kesehatan, financial, dan ridho orang tua. Korea selatan merupakan negara yang memiliki penduduk muslim minoritas. Mbak lia mengungkapkan dalam satu kampus, Dongseo University kurang lebih hanya 3 orang yang beragama islam. Setiap keluar asrama, warga sekitar busan melihat dengan tatapan heran ketika mbak lia keluar menggunakan jilbab/kerudung. Hal ini sama hal nya di Indonesia, ketika kita melihat/menjumpai turis atau warga negara asing banyak warga yang melihat dengan keheranan.
Burnout ??
Pada 6 bulan pertama menjalani perkuliahan di dongseo university, mbak lia sempat mengalami burnout dan cemas yang berlebihan. Perbedaan budaya pola belajar yang signifikan dengan Indonesia menjadi penyebabnya. Kedisiplinan, ketepatan waktu, semangat belajar yang kuat sangat terasa di lingkungan dongseo university. Durasi belajar yang awalnya 4 – 6 jam/hari harus berubah 12 jam/hari. Wah, bisa dibayangkan yaa ? betapa kompetitif dan ambisius atmosfer semangat belajar di korea selatan. Akhirnya, mbak lia memutuskan untuk berkonsultasi kepada psikolog, namun alhasil kegelisahan dan kecemasan yang ada belum hilang seutuhnya. Setelah mencoba merefleksikan diri ternyata “semua masalah yang ada pada diri kita, maka diri kita sendirilah yang dapat menyembuhkan nya”. Selain itu, di negara korea yang sangat minim kegiatan keagamaan umat islam seperti sholawatan, tadarus dan sholat berjamaah “membuat hati terasa kering dan hampa” ujar mbak lia. Berbeda ketika dulu masih tinggal di pesantren. Fokus pada tujuan memantik mbak lia untuk bangkit dan beradaptasi dengan cepat.
Lalu tips and trick, kuliah di luar negeri ala mba lia apa yaa ??
Pada kegiatan sharing section mbak lia membagikan tips & trick agar dapat lolos beasiswa di luar negeri. Pertama adalah Ridho dan do’a orangtua yang selalu mengiringi yang akan memudahkan dan memberikan keberkahan dalam setiap proses yang sedang dilalui. Kedua adalah Memiliki Niat dan Keinginan yang kuat. Niat yang kuat tercermin melalui ketekunan, kedisiplinan, dan semangat dalam belajar, sementara keinginan yang kuat terlihat dari seberapa kokoh resiliensi kita untuk berjuang dan bangkit saat jatuh atau terpuruk dalam setiap proses yang dilalui. Ketiga, jangan takut untuk mencoba dan gagal. Tanpa mencoba kita tak akan pernah mengetahui hasil nya. Jika berhasil, alhamdulillah; jika belum, setidaknya ada pengalaman dan ilmu berharga yang didapat. “Yang penting, coba saja !!”. Lalu, yang keempat adalah kesiapan dan kesempatan. Kesiapan tidak hanya soal administrasi dan pemberkasan, melainkan kesiapan mental, fisik dan kesiapan finansial. “Selain itu Allah tidak akan memberikan sesuatu kepada mu, jika kamu belum siap. Maka yaa, siapkanlah!” kata mbak lia.
Menjadi mahasantri adalah anugerah dari Allah, karena dapat menimba ilmu di perkuliahan sekaligus di pesantren, menciptakan keseimbangan ukhrowi dan duniawi. Seorang mahasantri memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam belajar. Hal ini terbukti, banyak ahlul ma’had dan alumni pesantren luhur yang telah menorahkan prestasi dan menginspirasi. Mondok bukanlah penghambat segalanya. Melalui pondok pesantren nutrisi jiwa dan hati terpenuhi, serta keberkahan setiap langkah akan mengiringi.
Penulis: Mupi A.
Editor:Dept. Multimedia