Malang, LEMBAGA TINGGI PESANTREN LUHUR MALANG | Selasa, 12 Februari 2019
Oleh : Syarifuddin (Kurator Museum Panji Malang)
Halaqoh Kubro merupakan kegiatan rutin tahunan di Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang. Kali ini, kegiatan tersebut memiliki tema “MENYURAT YANG SILAM MENGGURAT YANG MENJELANG” yang dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Februari 2019 dengan pemateri Bapak Syarifuddin, salah satu Kurator Museum Panji Malang. Pendiri jurusan seni rupa di Universitas Brawijaya ini, menceritakan dan mengupas langsung mengenai sejarah. Dulunya, sejarah hanya sebagai pengembangan akademisi, namun kini telah menjadi objektifitas tinggi yang akan digunakan untuk bahan konsumsi Indonesia ke depan. Saat ini sejarah sudah menjadi hal menarik yang diminati berbagai kalangan, seperti event “MALANG TEMPO DOELOE”.
Apa gunanya sejarah itu?
Kita harus berpikir dalam-dalam untuk menjawabnya, bukan seperti pernyataan guna kita mempelajari matematika yang secara global banyak orang mengetahuinya. Dengan menyurat sejarah yang silam dan menggurat sejarah yang menjelang, tentu akan membuka pemikiran kita mengenai peristiwa dan kronologis masa lalu dengan meragukan teks sejarah sebagai jalan menemukan objektifitas masa depan.
Ada suatu syair yang ditulis Mohammad Saleh pada tahun 1883. Syair tersebut bercerita tentang meletusnya Ibu Krakatau yang menyebabkan terjadinya tsunami dan ledakan hingga menyelimuti langit eropa menjadi merah. Pada saat kejadian itu pula Edvard Munch membuat lukisan dengan latar langit berwarna merah sebagai gambaran dari letusan Gunung Krakatau. Dua bulan setelah terjadinya letusan dan tsunami besar yang menghabiskan banyak nyawa tersebut, Mohammad Saleh menuliskan pengalamannya yakni Syair Lampung Karam di Jalan Bengkulu, Singapura dan selesai ditulis pada tanggal 14 Zulhijjah 1300 (15 Oktober 1883). Mohammad Saleh, dalam beberapa sumber disebutkan berasal dari Bone Sulawesi, namun data ini diragukan karena data-data biografis terkait Mohammad Saleh tidak memadai dan Mohammad Saleh tidak pernah tinggal di Singapura.
Perlu diketahui, bahwa negara Indonesia rentan akan tsunami. Sejarah mencatat dari tahun 1883 selalu memakan korban yang sama. Hal tersebut dapat terjadi sebab kita lupa akan sejarah, dan kita tidak pernah membaca sejarah Tsunami yang ada di masa lampau. Sebenarnya, petaka ini telah diulang pada tradisi-tradisi yang bercerita tentang gempa, seperti ada pada naskah di Lombok dan Sulawesi. Dari sini kita akan tahu bahwasannya Sejarah harus memiliki penguat terkait dengan deskriptif dan penafsirannya. Jika keduanya tidak ada, maka hanya akan menjadi peristiwa dan pembelajaran yang telah usai.
Pada tahun 1947, Belanda mengadakan pertemuan dengan Indonesia untuk membahas problem persoalan pasca proklamasi 1945 tentang kemerdekaan yang telah diproklamasikan. Sutan Sjahrir sebagai perwakilan dari Indonesia memenangkan forum tersebut karena telah memiliki wawasan tepat mengenai adanya sejarah sehingga dapat menguasai forum. Kemampuan ini harus dimiliki untuk mengatakan sejarah
yang dimilikinya.
“Hanya orang yang telah sanggoep meninjau ke belakang dengan hitoengan abad, dengan lain kata, yang memang berpengertian tentang sedjarah dan masjarakat, akan dapat berhadapan dengan soeasana sedjarah jang beroepa revoloesi dengan pengertian serta kepastian tentang arah dan toedjoean sedjarah”. (Sutan Sjahrir, dalam Perjuangan Kita)
Sejarah Kerajaan Majapahit yang menjadi dasar munculnya Nusantara dapat dijadikan konsep pada saat ini, sehingga fungsi sejarah telah jelas bahwa tidak dapat langsung menjadi pragmatis, yakni butuh waktu panjang untuk terhindar dari akibat yang dapat menimbulkan kehancuran. Jika kronologis ini dilupakan, maka tidak akan ada survive pada sejarah tersebut.
Dahulu Belanda mengkonstruksi kota-kota di Indonesia termasuk Malang. Belanda membangun fungsional yang jelas dan telah dilokalisir keberadaannya. Namun banyak yang mengabaikan karena merasa sensitif (curiga) dengan Belanda yang telah banyak melakukan kajian.
Ada dua macam orang Belanda. Pertama mereka di sisi politik, namun menggunakan sumpah paham keilmuwan. Seperti pada Konstruksi Candi Singosari, mereka memanipulasi data dan sejarah untuk memenangkan politik. Sehingga terjadi pertengkaran dan pertikaian antara orang Belanda dengan orang Belanda sendiri karena masalah politik. Orang Belanda kedua yakni taat terhadap keilmuan tanpa ada sangkut paut dengan politik.
“Sebenarnya penulis kamus Jawa adalah Orang Belanda, orang pribumi yang mengaplikasikan.”
Kenapa ada 2 alun-alun di Malang?
Karena yang membangun alun-alun kedua tidak mau menghancurkan situs lama (Alun – alun Masjid Agung), salah satu alun-alun yang dibangun oleh orang belanda yang membela pribumi. Adapun Kota Lama (Kabupaten) yang memiliki representasi dari sejarah yang panjang, seperti di Solo, Riau, dan Kalimantan. Konsumsi ini tidak dilihat oleh pemerintah, kajian ini (sejarah salahsatunya) harusnya digunakan untuk ke depannya agar tidak menimbulkan problem.
Milan Kundera : “Perjuangan manusia melawan kekuasaan itu adalan perjuangan ingatan melawan lupa”
Salah satu buku perjuangan terberat seorang manusia adalah perjuangan ingatan terhadap lupa. Politik lupa, stabilitas politik dilupakan. G30S/PKI salah satu contoh rekonstruksi peristiwa politik bersejarah. Lupa masal terhadap Dokumen Lambung Karam yang ditulis menggunakan huruf jawi atau pegon. Semua keilmuwan & surat-surat menggunakan huruf jawi atau pegon. Orang sunda mengirim ke Inggris dan Raja Buleleng (orang hindu) menulis surat kepada Raja Inggris juga menggunakan huruf Jawi. Saat ini banyak yang telah melupakan sejarah. Saat ini, Antara E dan É tidak bisa dibaca, karena banyak perubahan yang terjadi.
Ir. Soekarno pernah menekankan “JAS MERAH”, yang merupakan singkatan dari “Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah”. Jika salah satu generasi lupa sejarah, maka hilanglah budayanya. Sejarah bukan Kronologis, Sejarah kronologis bagian dari sejarah yang besar karena tidak memuat tahun tapi transisi (ingatan-ingatan) pada peristiwa tersebut. Ronggowarsito menulis berkas yang dulu masih masuk ke transisi yang tidak pernah dibaca di kronologis, namun pada kajian sejarah akan terbaca. Jika kita tidak memberikan kemaknaan atau nilai penting, maka orang lain meganggap tidak akan menjadi penting. Kajian yang sama atau objek yang sama akan memberikan kita wawasan yang luas.
Meragukan teks Sejarah sebagai jalan menemukan objektifitas (metode falsifikasi)
Klasifikasi sejarah itu mudah, namun jika tidak melakukan verifikasi, lebih susah karena banyak sumber refrensinya, maka akan terjadi lalai terhadap keilmiahannya. Kita harus memverifikasi & Memeriksa sumber sejarah, karena antara satu sumber dengan lainnya tidak sama. Jika tidak ditemukan bukti yang baru maka tetap memakai bukti yang lama.
Yang harus diamati untuk dijadikan penguat (bukan data utama)
- Objek / hasil
- Peristiwa apa yang terkait
- Pemberian Verifikasi
- Filtrasi dan penafsiran, sebelum penafsiran yaitu deskripsi. Sinopsis terkait, ditulis ulang dan ditambahi. Penanganan, deskripsi dan penafsiran. Seperti Sholawat Irfan
- Mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai keterkaitan.
- Kronologis. Periode ditandai beberapa hal, misal pemindahan beberapa bangunan.
Dalam konteks verifikasi sejarah. Kita dikekang oleh keputusan akhir yang tidak bisa diganggu gugat oleh satu hal. Ilmu sosial tidak bisa disamakan dengan ilmu eksak yang memiliki jawaban tunggal.
Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah.
-Bung Karno-
Identitas Pemateri
Nama : Syarifuddin
Alamat Email : syarifshadow@gmail.com
Nomor HP : +6281334206978
Nama Institusi : Tempat Kerja Kurator Museum Panji Malang
Riwayat Pendidikan
Nama Perguruan Tinggi |
Universitas Negeri Malang (UM) |
Bidang Ilmu |
Jurusan Pendidikan Seni dan Kerajianan |
Magang Nusantara untuk Kurator Seni Rupa. Hibah Yayasan Seni Kelola |
Selasar Sunaryo Art Space |
Short course Kurator Permuseuman |
Direktorat Jenderal Permuseuman dan Cagar Budaya, Kemedndikbud 2015 |
Training Valuing Object for Museum |
Dinas Kebudayaan Jogjakarta |
Training capacity Building |
Kemetrian Budaya Pemerintah Belanda 2018 |
Pengalaman Penelitian
No. |
Tahun |
Judul Penelitian |
1. |
2017 |
Kajian Kesejarahan Museum Negeri Banten |
2. |
2016 |
Kajian Storyline Museum Deli Serdang, Sumatera Utara |
3. |
2016 |
Kajian Storyline Museum Singhasari, Malang |
4. |
2015 |
Kajian Storyline Museum Mpu Purwanata, Kota Malang |
Pengalaman Penulisan Artikel
No. |
Judul Artikel |
Volume/Nomor/Tahun |
Nama Media |
1. |
Menelusuri Masa Silam |
Oktober, 2018 |
Katalog Pameran Arteastism #3, Universitas Negeri Malang |
2. |
Hello Sam |
September, 2018 |
E-katalog, September Art Month 2018 |
3 |
Seni Rupa di Malang |
September, 2018 |
Kumpulan Makalah Seminar, Galeri Nasional Indonesia |
4. |
Tulisan Pengantar : Mengamati Komik Lagi |
Maret, 2018 |
Menimbang Sandhora Telaah Komik Teguh Karya, Aditya Nirwana, Ma Chung |
5. |
B to B |
April, 2017 |
Katalog Pameran B to B (Batu Bali) |
6. |
Mengingat ingat Teguh Santosa |
Oktober ,2016 |
Buku terbitan Dewan Kesenian Jawa Timur |
7. |
Sekedarnya tentang Estetika Komputasi |
November, 2015 |
Katalog Pameran Biennale Jatim 6 |
8. |
E-ekspresionis: dari bahasa visual ke ‘bahasa visual’ |
Juli, 2015 |
E-katalog, Pengantar Pameran Homage to Raden Saleh, Didit Prasetyo |
Pengalaman menjadi Pemateri/Pembicara
No. |
Nama Pertemuan /Seminar |
Judul Materi |
Waktu dan Tempat |
1. |
Diskusi Seni Rupa Arteastism 3 |
Dua Masa Silam |
20 Oktober 2018, Sasana Krida, Jl. Veteran, Universitas Negeri Malang |
2. |
Seminar Nasional Sejarah Seni Rupa Indonesia II: Sejarah Bagian Dalam |
Seni Rupa di Malang |
20 September 2018 Universitas Negeri Surabaya, Jl. Lidah Wetan – Surabaya |
3. |
Visual Anthropology Seminar, Visual Perspective and Preservation of |
Image: Continuities and Change. From Relief to Wayang Beber |
11 Agustus 2018, Museum Ullen Sentalu, Jl. Boyong KM 25, Kaliurang Barat, Sleman, Yogyakarta |
4. |
Kajian Storyline Museum Pers Nasional |
Monumen Pers dan Puncak-Puncak Kesejarahannya |
27 Maret 2018, Hotel The Alana, Solo, Karanganyar Surakarta |
5. |
Workshop dan Seminar Permuseuman, Dinas Kebudayaan dna Pariwisata, |
Goodaan Melihat |
26 s/d 28 Januari 2016, Hotel Purnama, Jl. Raya Selecta No. 1 s/d 15 |
6
|
Workshop Kajian Penyusunan Storyline Monumen Pers Nasional |
Teknik Penyusunan Storyline |
23 Mei 2017, Museum Monumen Pers Nasional, Jl. Gajah Mada No. 59 |
7. |
Sanggar Minat Fair 2016 |
Beberapa Pokok Persoalan Seni Rupa Kita Dulu dan Sekarang |
2016, Sasana Budaya, Universitas Negeri Malang |
8. |
Focus Group Discussion Monumen Pers Nasional, Pengembangan Museum |
Teknologi di dalam Museum |
15 November 2016, Hotel Savana, Malang |
9. |
Perencanaan Pendirian Museum Seni Di Jawa Timur |
Beberapa Pertimbangan dalam Pendirian Museum |
30 Juni 2015 Kantor Dewan Kesenian Jawa Timur, Kompleks Taman |
Sertifikasi
No. |
Sertifikasi |
Sebagai |
Tahun |
1. |
Sertifikasi |
Pemandu Museum |
2016 |
2. |
BNSP Asesor |
Asesor kepemanduan Museum |
2016 |
Pengalaman Kurasi
No. |
Nama Event |
Sebagai |
Tahun |
1. |
Pameran Seni Rupa, Arteastism 3 |
Kurator |
2018 |
2. |
Pameran B to B (Batu-Bali) |
Kurator |
2017 |
3. |
Pameran Perupa Muda Jawa Timur |
Kurator |
2016 |
4. |
Pameran Untuk Lokalitas-Taman Budaya Jawa Timur |
Kurator |
2014 |
5. |
Arteastism 1: Pameran Koleksi Galeri Nasional Indonesia dan |
Kurator |
2014 |
Editor by Tim