Halaqoh merupakan salah satu forum keilmuan yang khas dan berakar kuat dalam tradisi intelektual Islam. Kata halaqoh berasal dari bahasa Arab ḥalaqah (حلقة) yang berarti “lingkaran”. Halaqoh memiliki arti yaitu tradisi diskusi yang dilakukan masyarakat pesantren, yang pesertanya duduk membentuk lingkaran. Tradisi halaqoh ini sebenarnya bersumber dari Nabi Muhammad ﷺ dan menjadi salah satu metode utama dalam menyampaikan ilmu keislaman. Sementara itu, halaqoh ilmiah adalah bentuk pengembangan dari tradisi halaqoh yang lebih terstruktur dan sistematis. Halaqoh ilmiah menjadi wadah diskusi, presentasi, dan pertukaran ide secara ilmiah, baik dalam ranah keislaman maupun keilmuan umum.
Di Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang, halaqoh ilmiah tidak hanya menjadi forum diskusi biasa, tetapi telah menjadi warisan intelektual yang berharga dari Prof. Dr. Kyai H. Achmad Mudlor, S.H. Melalui forum ini, mahasantri tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu secara teoritis, tetapi juga dilatih untuk berani tampil dan menyampaikan gagasan di hadapan publik. Inilah yang melahirkan pribadi-pribadi unggul yang mampu berdikari (berdiri di kaki sendiri), atau dalam bahasa beliau: Singa Podium — figur yang tidak hanya pandai berbicara, tetapi juga mampu memikul tanggung jawab keilmuan di hadapan masyarakat.
Lebih dari sekedar forum diskusi, forum ini menjadi ruang subur untuk menumbuhkan pola pikir kritis dan konstruktif. Ilmu yang hanya disimpan dalam buku atau dalam kepala tak akan mengubah apa pun. Namun ilmu yang didiskusikan, diuji melalui tanya jawab, dan diterapkan dalam konteks sosial, akan menjadi kekuatan yang hidup dan berdampak. Setiap audience didorong untuk aktif bertanya, memberikan tanggapan, dan menyumbangkan pandangan secara ilmiah dan terbuka untuk tidak menelan informasi secara mentah-mentah. Hal ini sejalan dengan dawuh atau pesan luhur dari Prof. Dr. Kyai H. Achmad Mudlor, S.H.:
“Banyaklah membaca, tetapi berpikir harus lebih banyak daripada membaca.”
Pesan ini menegaskan pentingnya proses refleksi, analisis, dan pemahaman dalam aktivitas keilmuan. Sebab membaca saja tidak cukup jika tidak dibarengi dengan kemampuan berpikir tajam dan berkesadaran.
Melalui halaqoh ilmiah, generasi muda pesantren dibekali tidak hanya dengan pengetahuan, tetapi juga dengan keteguhan sikap, kemandirian intelektual, dan keberanian menyuarakan kebenaran. Inilah yang menjadikan halaqoh ilmiah bukan hanya kegiatan akademik, tetapi juga proses pembentukan karakter pemimpin umat dan pemikir masa depan. Ia adalah ruang belajar yang menghidupkan tradisi berpikir, berbicara, dan bertindak secara ilmiah.
Penulis: Natasya
Editor: MedKominfo