Mari kita bermuhasabah diri sejenak: “Selama kita hidup, sudah berapa kali kita berpuasa? Lalu, apa saja nilai–nilai yang sudah berhasil kita implementasikan dan internalisasikan oleh diri kita?” Jangan–jangan puasa yang kita jalani selama ini sudah kita dianggap sebagai rutinitas di bulan Ramadhan saja. Persiapan yang dilakukan pun hanya berkisar urusan materi duniawi saja. Padahal Nabi Muhammad SAW selalu menyambut bulan Ramadhan dengan sederhana dan bahagia, namun sikap beliau selalu penuh optimis. Bagi beliau bulan Ramadhan adalah bulan produktif yang harus diisi kegiatan–kegiatan yang positif. Tak heran, begitu Ramadhan berakhir, Nabi Muhammad SAW selalu bersedih hati. Akan tetapi di zaman sekarang ini bagaimana dengan sikap kita? Berpuasa dengan berat hati dan bermalas–malasan. Begitu lebaran tiba, hati kita pun terasa senang sekali. Rasanya sikap kita berbanding terbalik dengan zaman nabi Muhammad SAW.
Hakikat Ramadhan adalah sebagai alat, wadah atau tempat bagi kita dididik dan dilatih akan adanya kesabaran, kedisiplinan dan juga menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan maupun memerangi hawa nafsu. Bulan Ramadhan bukan menjadi tujuan amal kita, akan tetapi tujuan kita tetaplah meraih ridha Allah SWT. Jika kita lulus dalam beramal di bulan Ramadhan, maka kita akan senantiasa istiqomah di bulan–bulan selanjutnya. Sebab Allah SWT lebih mencintai amal yang dikerjakan secara istiqomah walaupun sedikit, dari pada amal banyak akan tetapi dikerjakan hanya sekali. Oleh karena itu, mari kita gunakan momentum Ramadhan ini untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas iman, ilmu dan amal kita dengan 3B yaitu beribadah, belajar dan berbagi.
- Beribadah, yaitu Meningkatkan kualitas iman dengan melakukan ibadah wajib dan sunnah. Ibadah wajib yang kita kerjakan harus sesuai dengan tuntunan syari’ah. Seperti halnya puasa yang tidak hanya meninggalkan makan, minum dan hal lain yang membatalkan puasa. Akan tetapi juga menjaga hal – hal yang dilarang oleh Allah SWT. Bahkan menjaga pikiran dan hati dari hal – hal negatif yang dapat mengurangi pahala puasa kita. Selain ibadah wajib ada juga ibadah sunnah, seperti sholat tarawih, sholat tahajjud, sholat dhuha, sholat sunnah rawatib, serta memperbanyak tadarus dan tadabbur Al–Qur’an. Tak lupa juga perbanyak dzikir agar hati kita terasa dekat kepada Allah dan mampu merasakan kehadiran Allah dalam setiap kegiatan kita.
- Belajar, yaitu meningkatkan ilmu dengan belajar ilmu agama dan ilmu umum. Di Pesantren Luhur kita diajarkan bagaimana pentingnya ilmu. Mulai dari pagi setelah istighosah kita dipertemukan di majelis ilmu yang disebut KURMA (Kuliah Ramadhan) atau ketika di luar bulan Ramadhan kita juga diberi asupan bukan hanya ilmu agama saja akan tetapi juga ilmu–ilmu lainnya yang dapat kita peroleh ketika halaqah ilmiah. Tak lupa juga ketika bulan Ramadhan ini kita difasilitasi dengan pengajian rutin yang dilakukan tidak hanya di waktu sore dan malam saja, melainkan ditambah juga pengajian rutin di pagi dan siang harinya. Semoga dengan ilmu mampu menjadi hidayah bagi kita sehingga kita menjadi mudah mengerjakan amal sholeh.
- Berbagi, yaitu dengan meningkatkan kualitas amal kita dengan memperbanyak berbagi. Di bulan Ramadhan ini banyak sekali peluang – peluang untuk berbagi salah satunya memberi paket sahur maupun berbuka puasa. Jika Allah SWT memberi kelebihan harta maka infakkanlah kepada orang yang lebih membutuhkan. Semoga dengan berbagi dapat membangun rasa empati dan jiwa sosial dalam diri kita. Selain itu, mampu membangun rasa syukur kita kepada Allah SWT.
Semoga dengan beribadah, belajar dan berbagi maka iman, ilmu dan amal kita semakin baik, hati kita semakin tenang, jiwa kita semakin tentram dan hidup kita semakin bahagia. Akan tetapi, jangan sampai kita salah faham hanya memprioritaskan, menggiatkan iman, ilmu dan amal kita hanya dibulan Ramadhan saja dan mengabaikan di bulan – bulan selanjutnya. Aamiin.
Penulis: Khoifah Inda Maula (Ustadzah Madratsah Diniyah At-Tahdzibiyah Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang) edisi KURMA