Senanglah Terhadap Hal-Hal yang Kamu Lakukan

0
146

Sebagai seorang mahasiswa sekaligus mahasantri, tentunya disibukkan oleh berbagai macam kegiatan. Entah kegiatan belajar, mengaji, kepanitiaan, organisasi dan lain-lain. Dengan berjalannya kegiatan kegiatan tersebut secara continue, tidak jarang dapat menimbulkan rasa capek, tidak semangat, hingga bosan. Hal tersebut bahkan memicu seseorang untuk menghilang atau melupakan tanggung jawab dan amanahnya.

Lantas bagaimana bisa rasa bosan dan tidak semangat dapat luntur dalam diri sesorang?

Rasa bosan akan datang jika seorang individu melakukan suatu hal secara continue tanpa ada perkembangan, hasil yang memuaskan atau tidak adanya sesuatu terobosan baru dalam kegiatan yang dilakukannya. Nah, berawal dari rasa bosan ini seorang individu akan mulai malas dan menganggap beban atas amanah maupun tanggung jawab yang diiembannya. Bahkan tidak hanya tugas tugasnya saja yang dianggap sebagai beban, namun kegiatan sehari harinya pun juga terasa berat dan malas untuk dilakukan.

Ketika rasa malas dan bosan muncul dalam diri seseorang, setan pun tidak segan segan untuk membisikkan energi malas yang kian menjadi dalam telinga hingga menjalar ke pikiran bahkan  pembuluh darah. Sehingga individu tersebut akan bertambah rasa malas dan bosan dalam melakukan segala hal, bahkan melakukan ibadah terasa berat alhasil iman pun terasa turun. Dari yang awalnya semangat, menjadi malas. Dari yang awalnya sunnah dikerjakan, sekarang hanya kewajiban saja yang dilakukan. Menghadap Allah SWT hanya sekadar formalitas dan memenuhi kewajiban saja. Akhirnya nafsu pun yang akan menguasai diri sendiri. Seperti yang dijelaskan dalam kitab Mauidhotul Mu’minin yang berbunyi :

اعلم ان اعدى عدوك نفسك

Yang artinya : “Ketahuilah, musuh bebuyutanmu adalah dirimu sendiri”

Dalam konteks ini diri sendiri dapat menjadi musuh bebuyutan karena adanya nafsu dan rasa malas yang menguasai hati dan pikiran.

Adanya rasa ketidaknyamanan dan rasa beban  dalam melakukan suatu hal menandakan kurangnya keberhasilan dalam beramal serta kurangnya rasa suka terhadap apa yang dilakukan. Seperti yang dijelaskan dalam kitab Al-Ajwibah Al-Gholiyah yaitu :

فقد تحصل الاعمال من غير تكليف بل على سبيل التلذذ بها فقط

Yang artinya : “Seseorang telah berhasil dalam beramal apabila tidak merasakan beban, akan tetapi merasakan kenikmatan dalam beramal (beribadah)”

Hal ini jelas dapat dilihat bahwa orang yang berhasil dalam melakukan suatu hal akan merasakan kenikmatannya meskipun belum mendapatkan hasil maupun balasan. Kenikmatan akan dirasakan apabila seseorang menyukai atas pekerjaan ataupun hal yang dilakukan, baik kegiatan sehari hari maupun ibadah. Ibadah akan terasa nikmat jika mampu menghayati esensi ibadah sesungguhnya. Seperti manfaat secara dhohir maupun batin atau balasan yang akan diperoleh. Dengan adanya kenikmatan tersebut, seseorang tidak akan terasa terbebani. Seperti yang pernah dikatakan oleh Ustadz Zakariya (Salah satu dewan kyai Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang) bahwa amal atau ibadahnya orang biasa terasa seperti beban, namun amal atau ibadahnya orang tertentu terasa nikmat.

Lantas siapa yang dimaksud dengan orang tertentu? Seperti pada penjelasan sebelumnya, orang tertentu merupakan orang yang dapat mengendalikan diri sendiri dan nafsunya dari hal hal yang menjerumuskan pada rasa malas dan bosan dalam beribadah maupun dalam melakukan sesuatu.

Dari pernyataan diatas, sangat berkorelasi dengan quotes Abah Mudlor yaitu “Sukalah terhadap hal hal yang kamu lakukan”. Jika kita suka dan senang terhadap apa yang kita lakukan tentunya rasa ikhlas pun akan muncul dalam diri kita. Ketika rasa ikhlas akan muncul, maka rasa nikmat pun akan terasa dan tidak ada beban dalam diri sendiri. Melakukan pekerjaan ataupun ibadah pun terasa enteng. Ibaratnya yaitu seperti ketika kita akan memakan sesuatu. Apabila kita makan dengan pelan, sabar, dan tidak tergesa gesa maka rasa lezat dari makanan pun akan menyelimuti langit langit mulut kita. Lain halnya apabila kita makan dengan terburu buru, maka sepucuk jari pun rasa nikmat tidak akan terasa. Untuk itu sebagai remaja dan santri Abah Mudlor, sepatutnya kita harus menyukai hal hal positif yang dikerjakan. Berusaha dengan ikhlas dan sabar meskipun hasil belum terlihat. (Nly)

Sumber Inspirasi: Prof. Dr. K.H Ahmad Mudlor S.H (Pendiri Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang)